Sore itu seperti biasa, Udin sang bujang office boy sekolah merapikan, menyapu, mengepel dan melakukan semua me- yang lain di dalam ruangan kelas. Anak-anak sudah pulang sejak tadi, menyisakan guru-guru yang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing.
Agak terburu Udin mengerjakan tugasnya. Mungkin dia tidak tahu atau bahkan tidak peduli, bahwa bila menyapunya tidak bersih, nanti istrinya brewokan. Mungkin. Tapi Udin terburu-buru bukan tanpa alasan. Dan alasan dia terburu-buru bukan tanpa udin (halah), padahal biasanya Udin baru akan menyelesaikan tugas-tugasnya selepas guru-guru pulang. Namun sejak dua minggu terakhir, saat guru-guru masih banyak pun, Udin sudah menyelesaikan pekerjaannya dan duduk manis di ruang komputer.
Ternyata Udin yang sudah melek komputer, sedang mengakrabi akun pesbuk yang baru dibuatnya sekitar sebulan yang lalu. Berlama-lama dia memandangi sebuah foto di alamat pesbuk yang tertera pada monitor; Sri Handayani, seorang karyawati perusahaan asuransi yang berada di Indonesia, bukan di Belanda apalagi Jepang.
Foto perempuan yang sangat cantik. Kulitnya putih, hidungnya mancung, rambutnya panjang lurus, bibirnya tipis, matanya lentik, pokoknya semua guru perempuan di sekolah dikumpulin jadi satu, tetep cantikan Sri Handayani (di mata Udin). Walaupun belum lama Udin berkenalan dengan Sri di pesbuk, dia sudah hapal kalau biasanya jam segini Sri sedang online untuk chat. Dan biasanya Udin akan dengan sukarela penuh keikhlasan mengajak chat Sri hingga guru-guru di sekolah tempat Udin bekerja pulang, baru setelah itu Udin pun bersiap pulang.
Dan Udin sudah melakukan itu selama dua minggu, tanpa honor lembur, tanpa teman, tanpa harapan bahkan tanpa iman (karena Pak Iman juga sudah pulang), semua dilakukannya hanya demi Sri yang memang Handayani itu. Hari itu kembali Udin memulai chat dengan Sri;
Assalamualaikum Sri, belum pulang kerja? (icon senyum)
Kumsalam Mas, belum nih masih banyak kerjaan. (icon melet) Mas belum pulang?
Belum nih, kan nungguin kamu. (icon kedip-kedip)
Ah, Mas bisa aja sih. (icon blushing)
Sri, kamu di kantor liburnya setiap hari apa?
Emang kenapa? Mas mau ngajak nonton ya? (icon cekikikan)
Kalo iya, emang Sri mau? (icon kedip-kedip)
Kalo Mas yang ajak sih……. (diem agak lama) Sri mau aja Mas. (icon senyum)
(icon nyengir) Kalo begitu, malam minggu besok aja gimana Sri?
Malam minggu Mas? Malam minggu tanggal berapa?
(diem lupa tanggal) (nengok ke belakang, ada guru lain sedang di ruang komputer)
“Pak! Pak Jamil!” “Iya Din, ada apa?” “Sabtu besok tanggal berapa ya Pak?” “Tanggal 22 Din!” “Oke, makasih Pak!”
Sabtu tanggal 22 Sri. Bisa kan?
(diem agak lama)
Sri? Kamu masih di situ?
Masih Mas.
Sabtu tanggal 22 kita nonton bareng ya?
Si Mas ih, mosok gitu aja nanya temen. (icon ketawa)
Maksud kamu?
Iya, Mas nentuin tanggal aja nanya dulu ke Pak Jamil. (icon ketawa setan)
(nengok ke belakang, melihat Pak Jamil sedang ketawa ngakak dengan kerasnya)
*****
Keesokan harinya di waktu yang sama, Bu Guru Feni yang akan masuk ruang komputer menegur Udin.
“Tumben Din masih nyapu? Biasanya jam segini udah anteng di depan komputer?” “Saya sudah kapok Bu main komputer, banyak yang jahat sama saya.” Dan sejak peristiwa itu, Udin selalu menyapu dengan bersih, demi agar tidak beristri brewok seperti Pak Jamil.
-ditulis ulang dari postingan carrotsoup.multiply.com tanggal 24 Mei 2010-

Hyaelahhhh…. Om Aliiiii
Nulis baru donkkkkk 😀 😛
Tulisan barunya ada koq, lagian masih ada yang nanyain tulisan2 lama ^_^
Tjieeeee
Om Aliiii
Prikitiew, semriwing, cemiwiw…..