Anak Bersalah, Anak Dihukum, Haruskah Dengan Kekerasan?

Ketika harus menghukum anak, terkadang orangtua menjadi bersumbu pendek dan berlaku berlebihan. Perilaku anak yang dianggap sebagai kenakalan, disikapi oleh orangtua dengan tindakan impulsif, kadang hukuman diberikan tanpa ada tolok ukur yang jelas, berat dan ringannya hukuman diberikan berdasar suasana hati. Bila hati sedang enak hukumannya ringan bahkan kadang dimaafkan, bila hati sedang panas hukuman yang diberikan bisa sangat berat.

Menghukum dengan cara yang tidak tepat, bisa membuat anak merasa dilecehkan. Anak merasa orangtua sewenang-wenang, kejam, seenaknya sendiri dan sejumlah perasaan negative lainnya. Akibat lain dari hukuman yang tidak tepat, anak bisa menjadi minder, penakut atau bahkan pengecut. Tetapi mendidik anak tanpa aturan yang harus dihormati (tanpa ada aturan dan hukuman), bisa membuat anak tidak mampu mengendalikan diri. Mereka bisa menjadi pribadi yang asosial, pribadi yang tidak mampu berinteraksi baik dalam bermasyarakat.

Apa saja hal yang harus diperhatikan oleh orangtua ketika akan memberikan hukuman pada anak? Enam hal berikut mungkin dapat menjadi rujukan.

1. Menghukum Setelah Menenangkan Diri

Tetaplah berpikir jernih saat menemukan anak melakukan kesalahan. Jangan pernah mengambil keputusan dalam keadaan marah. Tanpa pikiran jernih, tindakan orangtua justru bisa memperpanjang masalah dan memperumit keadaan. Pikiran yang jernih hanya bisa muncul ketika hati tenang dan emosi terkendali. Dalam keadaan emosi meluap-luap dan amarah memuncak, sulit untuk berpikir tenang, rasional dan terarah. Pilih orangtua yang lebih rendah emosinya ketika menghukum, bila ibu lebih emosional, biarkan ayah yang memberi hukuman, begitu sebaliknya. Apabila tidak ada pilihan, meminum segelas air atau duduk dari posisi berdiri dapat membantu meredakan emosi yang memuncak.

2. Menghukum Bukan Sebagai Luapan Emosi

Jangan jadikan anak sebagai pelampiasan emosi di luar rumah. Terkadang orangtua yang bekerja menemukan banyak permasalahan yang sulit dipecahkan di luar, entah di kantor, hubungan bertetangga atau lainnya, permasalahan itu menimbulkan emosi yang tertahan dan ditumpahkan saat anak melakukan kesalahan. Rasulullah Muhammad saw pernah menegur seorang ibu yang bersikap kasar terhadap anaknya, karena telah pipis dalam gendongan Nabi saw, “Pakaian yang kotor ini dapat dibersihkan dengan air, tetapi apa yang dapat menghilangkan kekeruhan jiwa anak ini akibat renggutanmu yang kasar?”

Anak-anak Dapat Sensitif Bila Orangtua Emosi
Menghukum Anak Tanpa Meluapkan Emosi (educateur-rouen.fr)

Apapun permasalahan di luar rumah, jangan pernah dibawa ke dalam rumah, agar hubungan keluarga menjadi harmonis.

3. Menghukum Sambil Menjelaskan Kesalahan Anak

Menghukum merupakan tindakan mendidik anak agar memiliki sikap yang baik, artinya hal terpenting dalam menghukum adalah anak mengerti dan memahami apa yang menyebabkan dia dihukum. Jika anak menyadari kesalahannya dan memperbaiki sikapnya, orangtua perlu memberi umpan balik yang positif. Tidak layak orangtua terus memberi tekanan mental kepada anak (lewat hukuman berlebihan) padahal anak telah menunjukkan penyesalan. Sebaliknya yang perlu diberikan adalah dukungan dan penerimaan yang tulus.

4. Menghukum Tanpa Mempermalukan Anak

Sering dijumpai orangtua yang menghukum anak dengan cara mempermalukan, bahkan ketika anaknya masih belum genap berusia tiga tahun. Lebih menyedihkan lagi terkadang orangtua tidak puas hanya dengan mempermalukan anak di hadapan teman-temannya, bahkan mengolok-oloknya di depan orang dewasa lain, padahal inilah yang menghancurkan citra diri dan harga diri anak. Anak yang diberi hukuman dengan dipermalukan, akan balas mempermalukan orangtuanya bila ada kesempatan. Anak akan menjadi pemberontak dan senang bila berhasil membuat orangtuanya marah, atau bisa jadi sebaliknya, anak akan menjadi minder dan merasa dirinya tidak berharga.

Kata-kata Kasar Dapat Berpengaruh Pada Anak
Hindari Menghukum Anak dengan Kata-kata Kasar (brilio.net)

Sebelum menghukum anak, orangtua perlu merenungkan niatnya dalam membesarkan anak, suami-istri harus bekerjasama untuk terus-menerus membenahi niat. Tanpa niat yang jernih, orangtua bisa lupa terhadap niat awal membesarkan anak, emosi bisa berapi-api tanpa kendali. Karena niat yang jernih bisa membawa dampak yang besar.

5. Menghukum Tanpa Menyakiti

Hukumlah anak tanpa menyakiti fisik atau perasaannya. Jangan menghukum anak dengan kekerasan fisik, seperti mencubit, menjewer apalagi memukul. Hindari memojokkan anak dengan pertanyaan-pertanyaan yang membuatnya mati kutu, atau ancaman-ancaman yang menakutkan. Apalagi bila anak sudah menunjukkan penyesalan, jangan sampai orangtua malah merasa mendapat ‘angin’ dan meneror terus anak dengan kata-kata menyakitkan.

6. Menghukum Dengan Menunjukkan Kasih Sayang

Tempatkan kasih sayang mendahului kemarahan. Saat orangtua memberi hukuman kepada anak, tunjukkanlah bahwa itu dilakukan karena didorong oleh rasa cinta dan kasih sayang. Jangan merasa sungkan untuk membelai kepala atau mengecup kening mereka ketika menunjukkan keinginan untuk memperbaiki diri. Tunjukkan kasih sayang sesudah menghukum, walaupun hati masih bergemuruh karena jengkel atas kesalahan yang dilakukan anak.

Menghukum Anak dengan Kasih Sayang
Berikan Anak Pelukan Kasih Sayang (tavovaikas.lt)

Bagaimana, siap untuk melakukan enam hal di atas?

Disadur dari buku Saat Berharga untuk Anak Kita terbitan Pro-U Media