3 Stimulus Role Playing Game dalam Pendidikan, untuk Perkembangan Bahasa Anak

Role Playing adalah salah satu fun games yang dapat juga digunakan sebagai sarana pendidikan untuk anak. Menurut Hamalik (2004: 214), role playing (bermain peran) adalah “model pembelajaran dengan cara memberikan peran-peran tertentu kepada peserta didik dan mendramatisasikan peran tersebut kedalam sebuah pentas.” Itu berarti dalam permainan ini, anak-anak dapat memerankan apapun yang dia inginkan, sebagai orangtua, sebagai hewan dalam fabel, sebagai seseorang dengan profesi tertentu, bahkan sebagai super hero.

Role Playing sebagai Spiderman dan Batman
Bermain Role Playing Sebagai Superhero

Orangtua dapat berperan aktif dalam role playing sehingga anak dapat memperoleh pembelajaran di dalamnya. Peran orangtua dapat dilakukan sebagai berikut :

  1. Membuat cerita/skenario. Orangtua membuatkan sebuah cerita atau skenario untuk dimainkan oleh anak, ceritanya dapat diambil dari cerita rakyat, fabel ataupun cerita kontemporer seperti cerita dari film.
  2. Mengusulkan peran. Bila anak bermain role playing bersama teman-temannya, orangtua dapat mengusulkan peran untuk dimainkan oleh masing-masing anak. Namun bila anak bermain sendiri, orangtua dapat ikut bermain, ajak anak untuk berperan lebih dari satu karakter, misal untuk cerita/skenario Malin Kundang, anak dapat memerankan 2 karakter; Malin Kundang dan saudagar yang mempekerjakan Malin sekaligus. Sedangkan orangtua dapat berperan sebagai ibu dari Malin Kundang.
  3. Diskusi. Setelah permainan role playing selesai, orangtua dapat mengajak anak untuk mendiskusikan peran yang baru saja dimainkan. Misalkan memainkan cerita/skenario Malin Kundang, diskusikan dengan anak apa hikmah di balik kisah tersebut, bagaimana seharusnya bersikap terhadap orangtua, dan sebagainya.

Bagi anak dengan perkembangan bahasa yang sedang pesat (rentang usia 1-3 tahun), maka orangtua dapat mulai melakukan permainan peran tersebut untuk menstimulus perkembangan bahasa anak. Bagaimana permainan peran dapat membantu memberikan stimulus pada perkembangan bahasa anak? Berikut 3 stimulus yang dapat diberikan lewat permainan peran (role playing game) :

1. Dalam permainan peran, anak belajar kosa kata baru

Ambil contoh misalnya anak bermain peran menjadi dokter. Ia akan mengenali alat-alat kedokteran misalnya stetoskop, termometer, suntikan, dan sebagainya. Selain mengenali peralatan dokter, ia juga akan mengenali aktivitas dokter misalnya menyuntik, memeriksa, dan seterusnya. Nah, disini ia akan belajar kosa kata baru.

2. Bermain peran mengharuskan anak melakukan dialog, sehingga anak akan belajar merangkai kalimat

Sudah barang tentu pada setiap dialog, tidak hanya anak, orangtua juga akan merangkai kalimat. Untuk anak yang sedang belajar berbicara atau berkomunikasi, merangkai kalimat menjadi aktivitas yang menantang. Awalnya biasanya anak akan menirukan percakapan yang ia dengar di lokasi ia menirukan peran. Contoh, saat ia melihat serial super hero kesayangannya di televisi. Anak akan menirukan percakapan apa saja yang terjadi di tayangan tersebut. Selanjutnya ia akan mulai mengembangkan cerita yang dengan sendirinya akan menstimulus ia untuk merangkai kalimat.

3. Bermain peran akan mendorong anak lebih percaya diri saat berkomunikasi

Permainan peran selain menuntut adanya dialog juga mendorong anak untuk membuat alur cerita. Nah, disinilah ia akan terstimulus untuk berbicara lebih banyak, menyusun kalimat sesuai kemampuannya, mencari kosa kata baru, dan seterusnya. Aktivitas ini jika dilakukan secara rutin dengan sendirinya akan membuat anak lebih percaya diri untuk berkomunikasi.

Role Play sebagai pembelajaran
Anak Bermain Menjadi Dokter (butikaini.com)

Kembali pada poin stimulus bermain peran pada perkembangan bahasa anak di atas, anak-anak pasti membutuhkan bantuan saat mereka akan mencari kosa kata baru, merangkai kalimat baru, dan seterusnya. Orangtua juga bisa melakukan koreksi pada kata-kata atau kalimat anak yang dirasa kurang tepat. Jika anak tidak memiliki sparring partner saat mereka akan bermain peran, maka orangtua yang harus berperan menjadi partner mereka. Namun, di atas itu semua, yang paling penting dari kehadiran dan keterlibatan orangtua pada aktivitas bermain anak adalah, anak akan merasakan cinta dan perhatian dari orangtuanya. Ini yang paling mahal. Yuk, bermain peran!