Teman Duduk Dalam Bus Bernama Orangtua

Mendidik anak bukanlah sebuah pekerjaan mudah, namun betapa banyak orangtua yang seolah menggampangkan proses pendidikan anak dengan menyerahkan sepenuhnya pada lembaga pendidikan, seolah mereka tidak ingin berperan sedikitpun kecuali sebatas menyediakan dana dan fasilitas pendidikan bagi anak-anaknya.

Padahal dalam Islam, Rasulullah mengajarkan kepada para orangtua untuk memperhatikan masalah pendidikan ini, bahkan sejak anak-anak mereka dalam kandungan. Rasulullah bahkan menegaskan peran utama orangtua dalam mendidik anak melalui sabdanya, “Tidak lahir seorang bayi kecuali dilahirkan dalam keadaan suci, kemudian kedua orang tuanya yang menjadikan Yahudi, Nasrani dan Majusi” (HR Bukhari & Muslim).

Hal inilah yang menjadi sorotan dari Mohammad Fauzil Adhim dalam bukunya “Saat Berharga Untuk Anak Kita”, bagaimana agar para orangtua dapat mengoptimalkan masa-masa golden age (usia 0 – 8 tahun) anak untuk kecemerlangan masa depannya.

Sebuah analogi unik disampaikan oleh penulis yang telah memiliki tujuh orang anak ini, bagaimana hubungan orangtua dengan anak saat ini sudah seperti hubungan yang terjalin antara dua orang yang duduk sebangku dalam sebuah bus antar kota, duduk saling berdekatan namun tanpa jalinan hubungan yang dekat, dekat secara fisik namun jauh secara emosi. Ketika bus sampai tujuan, mereka saling melupakan satu sama lain.

Orangtua Jangan Hanya Jadi 'teman duduk'
almrsal.com

Kesibukan mencari nafkah sering menjadi kambing hitam renggangnya ikatan emosional antara orangtua dan anak, terlebih tuntutan ekonomi yang semakin tinggi membuat para ibu mulai berperan juga mencari nafkah dan meninggalkan anak-anaknya dalam asuhan baby sitter atau pembantu rumah tangga. Akhirnya dalil “yang penting kualitas pertemuan dengan anak, bukan kuantitasnya” menjadi pembenaran. Dalil yang dikritik oleh penulis pada permulaan bab kedua.

Secara umum buku ini terbagi dalam lima bab. Dalam bab pertama penulis menekankan perlunya niat yang tulus dan ikhlas dalam mendidik anak. Orangtua harus memiliki semangat mendidik tanpa pamrih, karena pada hakikatnya anak adalah hanya titipan dari Allah, dan Dia yang paling berhak mengambil titipanNya kembali kapan saja.

Bab kedua dan ketiga membahas tentang strategi orangtua untuk membangun kedekatan emosional dengan anaknya. Bagaimana orangtua merencanakan pertemuan dengan kuantitas yang sering dan kualitas yang tinggi. Bab keempat membahas tentang cara menghukum anak, sedang bab kelima menitikberatkan pembahasannya pada perencanaan masa depan anak.

Buku ini hadir untuk menjawab kebutuhan orangtua akan panduan menanamkan karakter keislaman pada anak-anaknya. Karena karakter keislaman inilah yang akan membentuk anak menjadi pribadi yang sanggup mempertanggungjawabkan ilmu pengetahuan yang dimilikinya untuk kemaslahatan banyak orang.

Perpaduan pembahasan dari aspek psikologi perkembangan anak, dalil-dalil dan kisah Rasulullah beserta para sahabatnya dalam mendidik anak, juga pengalaman pribadi penulis membesarkan ketujuh anak-anaknya, menjadikan buku hasil karya penulis best seller “Kupinang Engkau Dengan Hamdalah” ini, layak menjadi buku pedoman bagi siapa saja yang menginginkan kecemerlangan masa depan buah hatinya.

Nikmati Kebersamaan Dengan Anak
naluriparentingcafe.com

Judul Buku: Saat Berharga Untuk Anak Kita | Penulis: Mohammad Fauzil Adhim | Penerbit: Pro-U Media, cetakan ketiga, Mei 2010 | Tebal: 278 halaman

10 thoughts on “Teman Duduk Dalam Bus Bernama Orangtua”

  1. Saya juga buku Fauzil Adhim mas, dahulu pernah beli yang mendidik anak agar gila membaca. Hem, setelah baca ulasan ini, saya perlu beli buku yang ini juga. buat persiapan memasuki dunia keluarga hehe

    Reply
    • Mas sandi belum berkeluarga ya? Duh, maaf pertanyaan sensitif, hehe.

      Ini bukunya juga saya punya pas jelang kelahiran anak pertama mas, buat panduan awal mendidik anak. Tapi praktek tak pernah semudah belajar emang.

      Reply

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.