Omali Mewawancarai Gadis Ahok, Tulus atau Modus?

Semakin mendekati bulan Februari, sepertinya kondisi medsos semakin memanas. Bukan panas karena gairah asmara valentine, atau karena para mahmud yang deg-degan disebabkan para suaminya semangat menunggu premiere Surga Yang Tak Dirindukan 2. Keduanya memang panas, dalam artian hot, tapi tidak lebih panas dari gelora politik Indonesia jelang Pilkada DKI.

Sebenarnya bukan hanya DKI Jakarta yang akan menyelenggarakan pilkada pada Februari 2017 besok, tetapi juga propinsi lain seperti Aceh, Banten, Gorontalo, Sulawesi Barat, atau Papua Barat. Judulnya pun “Pilkada Serentak”, kabarnya total ada 101 daerah yang akan melaksanakan pilkada secara bersamaan. Tapi bukan rahasia umum lagi, yang paling sengit dan sering diberitakan adalah Pilkada DKI.

Satu hal utama yang membuatnya panas, saya yakin adalah status tersangka sang petahana, Ahok. Kasus penistaan agama yang menjeratnya, membuat Ko Ahok semakin tidak disukai banyak orang. Baik penduduk Jakarta maupun luar Jakarta.

Kalau status digantung ama gebetan aja bisa bikin sebel dan emosi, apalagi status tersangka. Akhirnya saling ejek, sindir dan caci terjadi antara mereka yang pro dan kontra Ahok. Sayangnya, menurut saya, sebagian mulai kelewat batas.

Salah satu contoh yang masih hangat, adalah tersebarnya video Gadis Ahok berjilbab yang ditanya tentang rukun Islam dan rukun iman. Menurut saya, walaupun rukun Islam dan rukun iman adalah pondasi keimanan seorang muslim, namun menanyakan hal itu di tempat umum, merekamnya, untuk kemudian menyebarkan ketidaksempurnaan jawaban si Gadis Ahok di medsos, adalah hal yang kurang etis.

Saya kok jadi membayangkan diri saya yang sedang menemani istri belanja di pasar, kebetulan sedang memakai kaos Anies-Sandi, kemudian dihampiri seorang cewek cantik yang meminta saya menyanyikan lagu Indonesia Raya sambil direkam.

Omali Dukung Anies Sandi
poskotanews.com

Lagunya sih saya masih hapal. Cuma berhadapan dengan cewek cantik ini bisa bikin saya gugup dan deg-degan, apalagi saat itu saya sedang mengantar istri. Coba bayangkan andai istri saya selesai belanja kemudian menemukan saya sedang nyanyi duet bareng cewek cantik sambil direkam, kira-kira kelar gak karir saya sebagai suami?

Kalau kemudian saya tidak sukses menyanyikan lagu dengan lancar, bisa-bisa besok muncul video viral saya dengan judul “Relawan Anies-Sandi Dites Nyanyi Lagu Indonesia Raya, Ternyata Gak Hapal. Apakah Benar Dia WNI, Atau Orang Arab Yang Pura-pura Jadi WNI?” saking miripnya wajah saya sama orang arab.

Apalagi kalo kemudian kegugupan itu membuat saya salah lirik, lagunya jadi aneh dan berantakan, akankah saya dituntut dengan kasus penistaan lagu nasional? Haruskah saya kemudian berlatih untuk menangis di persidangan?

Saya jadi bisa sedikit membayangkan, apa yang dirasakan si Gadis Ahok berjilbab saat itu. Karena itulah entah kenapa malah muncul rasa simpati kepadanya dan membuat saya bertekad untuk mewawancarainya, bener gak sih, dia tidak hapal rukun Islam dan rukun iman? Kalau tentang keislamannya, saya sih tidak ragu walaupun dia adalah Gadis Ahok. Sama dengan saya tidak meragukan kesunnian seorang teman, hanya karena dia berfoto bareng dengan Jalaludin Rakhmat.

Dan setelah tanya sana-sini, akhirnya nomer whatsappnya saya dapatkan. Percakapan kamipun saya buka.

[13:52, 1/12/2017] Omali: Assalamu’alaikum                       

[13:54, 1/12/2017] Omali: Apakah benar ini dengan Ela Nofita Sari?

[13:56, 1/12/2017] Ela Nofitasari: Betul                       

[13:56, 1/12/2017] Ela Nofitasari: Siapa ini?

[13:58, 1/12/2017] Omali: Saya Ari Maulana, dari enomali.com mbak  

Omali dan Ela Nofitasari

Nama Ela Nofitasari saya temukan lewat googling. Memang ada beberapa penulisan yang berbeda, seperti Ela Nofita Sari atau Ela Novita Sari. Mana yang benar? Saya berniat menglarifikasinya secara langsung. Tapi sebelum itu, saya minta izin dulu untuk mewawancarai Ela.

[14:14, 1/12/2017] Ela Nofitasari: Silakan tulis saja pertanyaannya nti sy jwb

[14:15, 1/12/2017] Omali: Ok mbak, makasih sebelumnya                       

[14:15, 1/12/2017] Omali: Nama lengkapnya mbak siapa ya?                       

[14:17, 1/12/2017] Omali: Terus mbak apakah masih kuliah? Atau sudah lulus? Kuliahnya di mana?                       

[14:17, 1/12/2017] Omali: Itu dulu mbak sebelum pertanyaan berikutnya…

Setelah menanyakan langsung nama lengkapnya, ini jawaban Ela.

Omali Wawancara

[14:26, 1/12/2017] Ela Nofitasari: Nama Saya Ela                       

[14:26, 1/12/2017] Ela Nofitasari: lengkapnya Ela Nofitasari                       

[14:27, 1/12/2017] Ela Nofitasari: Mahasiswa Master Pendidikan Bahasa di salah satu Unversitas Swasta di Jakarta

Jadi kelen catat ya namanya yang benar, bukan Ela Nofita Sari atau Ela Novita Sari. Setelah itu saya lanjutkan pertanyaannya.

[14:29, 1/12/2017] Omali: Maaf, boleh tahu kampusnya? Kalo nggak ya gak papa 

Tapi pertanyaan ini tak kunjung dijawab oleh Ela. Saya pikir mungkin dia sedang mengendarai kendaraan atau melakukan aktivitas yang membuatnya tak bisa menjawab. Akhirnya saya whatsapp lagi 50 menit kemudian.

[15:18, 1/12/2017] Omali: Lanjut aja kali ya ke pertanyaan berikutnya

Dan setelah itu tidak ada lagi jawaban darinya, hingga hari ini. Seorang teman mengungkapkan analisanya, kenapa Ela tidak membalas lagi.

“Dia kan pinter Om, bisa googling nama ente, Ari Maulana. Terus yang keluar apa? Foto-foto gak jelas? Status-status yang lebih gak jelas lagi? Ngapain juga meladeni orang gak jelas? Buang waktu aje. Atau ente ngenalin diri sebagai Omali, terus dia googling, apa yang keluar? Tokoh pergerakan Afrika? Atau resep-resep kue arab? Muangkin gak juelas lagi itu mah!”

Hiks, kenyataan yang pahit. Saya jadi berpikir untuk mulai melakukan branding terhadap nama saya sendiri. Agar ketika orang googling nama saya, yang muncul adalah seorang figur intelek, sederhana, merakyat dan pengayom masyarakat.

Tapi pagi ini, seorang teman membagikan tautan artikel yang membuat saya berpikir, bukan karena hal di atas Ela tidak membalas lagi. Ini tautannya: http://nasional.inilah.com/read/detail/2351685/imm-pecat-gadis-ahok

Saya berkesimpulan, Ela takut bahwa wawancara saya ini adalah jebakan untuknya. Jebakan untuk membuat imagenya semakin buruk. Saya bisa memahami hal itu.

Walaupun wawancara kita tidak selesai, terima kasih Ela, karena telah mau membalas whatsapp dariku. Semoga di lain waktu, selepas segala isu panas pilkada ini selesai, kita bisa whatsappan lagi. Mungkin membahas tentang film terbaru, atau musik yang lagi trendi.

Oya, mohon maaf saya nyomot foto dari FB Ela, sebagai featured image tulisan ini. Salam hangat dari Omali.

16 thoughts on “Omali Mewawancarai Gadis Ahok, Tulus atau Modus?”

  1. Speecless…hahaha…mantap tapi omali. Langsung ke sumbernya. Etapi, moralnya…brarti data no.hp kita gampang banget ya diakses orang ga dikenal..

    Reply
    • Nggak juga sih, kalo sms dan wa kan masih bisa diblokir. Atau bisa ditanya, dapet nomer dari mana?

      Kalo nelpon tinggal tolak. Saya biasanya kalo nomer ga dikenal digituin.

      Reply
  2. Wah saya jadi makin penasaran sama Ela ini, dari kemarin baca status omali lanjut blog ini, jadi gimana sih sebenarnya?

    Btw, niat bener sampe nge-WA dia Om hihihihi

    Reply

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.